
JAKARTA, 9 NOVEMBER 2025 – Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP30 di Brasil pekan depan, sorotan tak hanya tertuju pada para pemimpin dunia, tapi juga pada industri hiburan Korea Selatan.
Sebuah laporan terbaru bertajuk “Konser K-pop Rendah Karbon: Bernyanyi Bersama untuk Masa Depan Kita” yang dirilis oleh KPOP4PLANET mengungkap bahwa industri K-pop masih tertinggal dalam upaya menerapkan konser ramah lingkungan.
Didirikan pada 2021, KPOP4PLANET adalah gerakan iklim yang digerakkan oleh penggemar K-pop dari seluruh dunia.
Laporan ini menjadi bagian dari kampanye “K-pop Carbon Hunters” — terinspirasi dari serial animasi K-pop Demon Hunters — yang menggugah penggemar agar mendorong perubahan nyata dalam industri musik Korea.
Pesannya sederhana tapi kuat. Jika K-pop bisa menaklukkan dunia, maka ia juga bisa memimpin perjuangan melawan krisis iklim.i
Dalam laporan tersebut, lima raksasa industri — CJ ENM, HYBE, JYP, SM, dan YG Entertainment — dinilai dalam hal penerapan konser berkelanjutan. Hasilnya, belum ada yang benar-benar memiliki target konkret atau jadwal jelas untuk mengurangi emisi karbon, meski beberapa telah menyebut konser berkelanjutan dalam laporan tahunan mereka.
YG Entertainment menjadi pengecualian. Setelah BLACKPINK ditunjuk sebagai duta COP26 pada 2021, YG tercatat sebagai satu-satunya agensi besar yang menerbitkan laporan keberlanjutan dengan target menuju konser ramah lingkungan pada 2030.
“Sebagai ambassador COP26, BLACKPINK sudah menginspirasi banyak BLINKs untuk peduli lingkungan. Kami berharap konser mereka berikutnya bisa jadi pionir konser rendah karbon. ‘Climate Action in Your Area!’ bukan sekadar slogan,” ujar leader fanbase Blink Official Indonesia, Jevon Christian.
Dari Panggung ke Planet
Popularitas K-pop terus mendunia dengan lebih dari 75 juta penggemar global pada 2023. Namun, di balik gemerlap panggung, penelitian dari organisasi non-profit Inggris Julie’s Bicycle menunjukkan bahwa 73% emisi industri musik berasal dari konser langsung — setara dengan karbon dari 92 ribu mobil per tahun.
“Bencana alam yang makin sering terjadi harusnya jadi alarm nyata krisis iklim. Konser rendah karbon adalah cara K-pop menunjukkan kepeduliannya terhadap masa depan bumi dan generasi mendatang,” tutur ambassador Klimates KPOP4PLANET Indonesia sekaligus leader fanbase My Day Jars Social Project, Nunik.
Ia menambahkan, “Penyelenggara konser perlu mulai mendengar suara kami, para penggemar, yang ingin melihat konser idola kami digelar dengan cara yang lebih berkelanjutan.”
Didukung oleh Music Sustainability Alliance, Julie’s Bicycle, dan Music Declares Emergency, laporan KPOP4PLANET menyerukan standarisasi konser rendah karbon di industri K-pop. Artis seperti Coldplay dan Billie Eilish telah membuktikan bahwa konser ramah lingkungan bukan hal mustahil — mulai dari penggunaan energi terbarukan, pembatasan plastik sekali pakai, hingga kompensasi karbon untuk perjalanan tur.
CEO Music Declares Emergency Inggris Lewis Jamieson, menilai K-pop memiliki posisi unik untuk menjadi panutan global.
“Dengan pengaruh luar biasa yang dimilikinya, K-pop bisa memimpin perubahan besar dalam industri musik. Saat artis dan perusahaan bekerja sama untuk mewujudkan konser berkelanjutan, mereka bukan hanya menginspirasi penggemar, tapi juga menunjukkan tanggung jawab sosial yang nyata,” ujarnya.
Bagi para penggemar, konser bukan sekadar hiburan — tapi juga ruang kebersamaan dan solidaritas. “Kita pernah hidup tanpa konser selama pandemi. Kita tak ingin krisis iklim membuat itu terjadi lagi. K-pop punya kekuatan untuk memimpin. Saatnya membuktikan bahwa musik bisa menyelamatkan bumi,” ungkap juru kampanye KPOP4PLANET Korea Selatan Nayeon Kim.
