
Jakarta, Senin 10 November 2025 – Rumah produksi Falcon Pictures berencana akan memfilmkan kisah sastrawan kondang Indonesia, Chairil Anwar
Dalam keterangan resminya hari ini, Falcon mengungkap jika perjalanan hidup penulis puisi “Aku” ini sangat menarik untuk diangkat ke layar lebar. “Kami percaya, Chairil Anwar adalah kisah tentang keberanian untuk hidup dengan caranya sendiri. Tentang semangat yang tak pernah padam, bahkan setelah raga tiada,” ujar Produser Falcon Frederica
Frederica mengungkap dalam film itu nantinya Chairil Anwar, selain dihadirkan sebagai seorang sastrawan, juga akan ditampilkan sosoknya sebagai seorang dengan sifat pemberontak, namun penuh cinta dan semangat dalam menjalani hidup
Film ini akan mengangkat kisah sang pujangga yang melalui puisi-puisinya seperti “Aku”, “Karawang -Bekasi”, “Doa” dan “Diponegoro”, mampu mengguncang zaman, seperti bunyi keterangan tersebut
Belum banyak yang dibagikan Falcon terkait film tersebut, termasuk plot, sutradara, dan pemain. Dalam unggahannya di media sosial, Falcon meminta warga net untuk memberi masukan nama aktor yang tepat menurut mereka utuk memerankan Chairil Anwar
“Menurut kalian siapa nih yang cocok berperan sebagai Chairil Anwar?” tulisnya
Chairil Anwar: Si Pelopor Angkatan ’45
Chairil Anwar adalah salah satu tokoh sentral dalam sejarah kesusastraan Indonesia, lahir di Medan pada 26 Juli 1922
Setelah pindah ke Batavia (Jakarta), ia mendalami dunia sastra dan bahasa asing secara autodidak, yang membentuk dasar gaya puisinya yang khas. Karir sastranya dimulai sekitar tahun 1942, dan ia dengan cepat menjadi motor penggerak Angkatan ’45, mendobrak tradisi puisi lama dengan semangat individualisme, pemberontakan, dan penggunaan bahasa yang lugas
Ia dijuluki “Si Binatang Jalang” dari baris puisinya yang paling terkenal, “Aku”. Selama hidupnya yang singkat, ia menghasilkan sekitar 96 karya, termasuk puisi-puisi monumental seperti “Krawang-Bekasi,” “Doa,” dan “Nisan,” yang banyak mengangkat tema eksistensialisme, kematian, dan nasionalisme
Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta pada 28 April 1949, di usia yang baru menginjak 27 tahun. Untuk menghormati jasa dan kontribusinya dalam memperbarui puisi modern Indonesia, ia dianugerahi Penghargaan Anugerah Seni pada tahun 1969, dan tanggal kematiannya, 28 April, kini diperingati sebagai Hari Puisi Nasional
