Industri Mamin tanah Air Masih Tumbuh 5,87 Persen

SURABAYA – 28 JUNI 2024 – Di tengah melemahnya daya beli masyarakat, industri makanan dan minuman di tanah air masih mengalami pertumbuhan. Asosiasi Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) mencatat, di kuartal pertama 2024 ini pertumbuhannya sebesar 5,87 persen.

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S Lukman menyatakan, sektor industri di tanah air masih menghadapi sejumlah tantangan. Namun, sektor makanan dan minuman masih menunjukkan kinerja menggembirakan.

“Meskipun banyak sekali tantangan, kita bersyukur di kuartal pertama 2024 industri makanan minuman bisa tumbuh 5,87 persen,” ujarnya di Surabaya, Kamis (27/6/2024).

Tidak hanya dari sisi perdagangan, Adhy menyebut investasi di sektor makanan dan minuman juga masih diminati investor, baik asing maupun domestik. Hal itu terlihat dari perkembangan realisasi investasi di sektor ini yang meningkat bila dibandingkan tahun lalu.

Masuknya investasi di sektor ini mulai terasa setelah Pemilu usai. ”Dari investasi asing realisasinya tumbuh 10 persen dibanding tahun 2023 dan investasi dalam negeri atau PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) tumbuh 67 persen,” jelasnya.

Dengan pertumbuhan yang cukup baik ini ia berharap, industri mamin terus mendapatkan dukungan. Salah satunya dari sisi teknologi dan inovasi baru dari para pemasok.

Selain itu, juga dibutuhkan promosi terus menerus agar produk mamin dalam negeri agar tidak kalah bersaing dengan produk asing.

“Ditambah lagi Indonesia sekarang memasuki era baru, di mana nanti ada IKN [Ibu Kota Nusantara] tentunya konstelasi rantai pasok perdagangan akan berubah. Terutama di bidang pangan, makanan dan minuman,” katanya.

Pengelola produsen makanan ringan asal Surabaya Syafrida, Herni Putri justru merasakan sebaliknya. ”Permintaan dari toko atau supermarket sekarang justru menurun,” kata Herni.

Ia menyebut salah satu supermarket besar di Surabaya yang dulunya dalam satu minggu meminta 3-4 kali pengiriman, sekarang hanya sekali saja. ”Memang permintaannya kontinyu, tapi jumlahnya turun jauh,” jelasnya. Hal ini tentu akan berpengaruh pada omzet.

Kondisi ini menurut Herni tidak lepas dari semakin banyaknya pelaku usaha makanan dan minuman. ”Sejak pandemi lalu, UMKM utamanya makanan dan minuman bertambah banyak. Mereka yang dulunya pekerja kantoran, sekarang juga berjualan makanan, snack dan lain-lain. Jadi, di supermarket memang ada semakin banyak supplier yang masuk ke mereka,” tutur Herni.