Kuala Lumpur, 31 Mei 2024, Raksasa teknologi dunia mulai menyasar Asia Tenggara untuk berinvestasi. Tingkat pertumbuhan PDB agregat untuk kawasan ini diperkirakan sebesar 4% hingga tahun 2040.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara industri, yang umumnya berkisar antara 1% hingga 2%. Hal tersebut menunjukkan potensi signifikan untuk pengembangan lebih lanjut, utamanya di sektor ekonomi digital.
Indonesia menjadi salah satu negara Asia Tenggara yang kian masif menggenjot sektor teknologi dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Jokowi memiliki cita-cita ‘Indonesia Emas 2045’ yang salah satunya didorong transformasi digital.
Beberapa bulan terakhir, Indonesia juga kedatangan tamu bos-bos raksasa teknologi yang mengumumkan investasi di Indonesia. Mereka adalah CEO Microsoft Satya Nadella, CEO Apple Tim Cook, dan yang terbaru CEO SpaceX Elon Musk yang datang mengumumkan peresmian internet berbasis Starlink di Indonesia.
Dalam setiap kunjungan para bos-bos teknologi dunia tersebut, pemerintah Jokowi meminta adanya komitmen investasi di Indonesia. Meski angka investasi tersebut mengalir ke Tanah Air, tetapi tak sebesar di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam.
Padahal, Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar di kawasan Asia Tenggara, dengan pasar layanan teknologi yang signifikan.
Baru-baru ini, Google mengumumkan investasi sebesar US$2 miliar (Rp 32 triliun) di Malaysia. Investasi tersebut akan digunakan untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara tersebut, seiring dengan meningkatnya permintaan kecerdasan buatan (AI) dan layanan cloud regional.
“Investasi ini dibangun berdasarkan kemitraan kami dengan Pemerintah Malaysia untuk memajukan ‘Kebijakan Cloud First’, termasuk standar keamanan siber terbaik di kelasnya,” kata Presiden, CFO, dan CIO Google Ruth Porat, dikutip dari CNBC, Jumat (31/5).
Porat menambahkan bahwa investasi tersebut akan menjadi yang terbesar yang pernah dilakukan Google di Malaysia selama 13 tahun beroperasi di sana.
Pusat data ini akan mendukung layanan digital untuk konsumen Google, seperti Search, Maps, dan Workspace. Sementara Cloud akan menyediakan layanan kepada perusahaan dan organisasi di sektor publik dan swasta.
Google juga meluncurkan dua program literasi AI di negara tetangga RI tersebut untuk pelajar dan pendidik.
Investasi dan program diharapkan memberikan kontribusi lebih dari us$3,2 miliar terhadap PDB Malaysia dan mendukung 26.500 lapangan kerja pada 2030.
Cloud regional Malaysia adalah tambahan dalam jaringan Google yang mencakup 40 wilayah dan 121 zona di dunia.
Ini terjadi setelah perusahaan raksasa teknologi lainnya, Microsoft, mengatakan akan investasi sebesar US$2,2 miliar di Malaysia untuk memajukan infrastruktur cloud dan AI. Mereka juga mengumumkan investasi di Indonesia dan Thailand tahun ini.
Raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft telah menjanjikan miliaran dolar ke Asia Tenggara untuk memanfaatkan meningkatnya permintaan layanan AI dan komputasi awan.
Booming AI telah meningkatkan permintaan layanan cloud serta pusat data, karena diperlukan kapasitas data yang besar untuk melatih model AI dan cloud untuk menyediakan akses ke kumpulan data.
Pusat data adalah fasilitas yang berisi server yang diperlukan untuk menyimpan data dan menjalankan aplikasi atau layanan.
“Investasi Google sebesar US$2 miliar di Malaysia akan secara signifikan memajukan ambisi digital yang diuraikan dalam Rencana Induk Industri Baru 2030,” kata Senator YB Tengku Datuk Seri Utama Zafrul Aziz, Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia.
Ia menambahkan bahwa investasi Google akan memungkinkan industri manufaktur berbasis jasa dapat memanfaatkan AI dan teknologi canggih lainnya sehingga dapat meningkatkan rantai pasokan global.