
SURABAYA, 26 OKTOBER 2025 – Minat masyarakat Jawa Timur terhadap investasi di pasar modal terus menunjukkan tren positif. Hingga Agustus 2025, jumlah investor di provinsi ini mencapai 2 juta Single Investor Identification (SID) atau sekitar 10,5 persen dari total investor nasional yang berjumlah 18,9 juta.
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Wilayah Jawa Timur Cita Mellisa mengungkapkan, Kota Surabaya masih menjadi pusat aktivitas pasar modal di Jatim, baik dari sisi jumlah investor maupun nilai transaksi.
“Surabaya menyumbang sekitar 19 persen dari total investor di Jawa Timur, diikuti Kabupaten Sidoarjo 8 persen, Kabupaten Jember 6 persen, serta Kota dan Kabupaten Malang masing-masing 5 persen,” ujar Cita saat Media Gathering di Surabaya, Selasa (21/10).
Dari sisi nilai transaksi, dominasi Surabaya juga sangat kuat. Berdasarkan data BEI hingga Agustus 2025, total nilai transaksi saham di Surabaya mencapai Rp327,29 triliun, disusul Kota Malang Rp49,21 triliun, Kabupaten Sidoarjo Rp36,60 triliun, Kota Kediri Rp14,47 triliun, dan Kota Mojokerto Rp11,51 triliun.
“Secara keseluruhan, total transaksi saham di Jawa Timur mencapai Rp539,16 triliun, menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat terhadap pasar modal,” jelasnya.
Meski tingkat literasi pasar modal sempat mengalami penurunan, kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan kini semakin menyempit.
Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022, tingkat literasi pasar modal nasional mencapai 4,4 persen, sementara tingkat inklusi mencapai 5,5 persen. Angka ini mencerminkan akses masyarakat terhadap produk keuangan formal yang semakin luas dan efisien.
Cita menjelaskan, peningkatan pemahaman masyarakat terhadap investasi menjadi kunci untuk memperkuat ekosistem pasar modal yang sehat. Karena itu, BEI Jawa Timur secara aktif menggencarkan berbagai program edukasi dan literasi keuangan, baik untuk pelajar, karyawan, ASN, maupun komunitas umum.
Menurut Cita, berbagai inisiatif tersebut menjadi bagian dari upaya BEI untuk menciptakan masyarakat Jawa Timur yang melek investasi dan semakin aktif di pasar modal.
“Dengan peningkatan literasi dan inklusi keuangan, kami berharap masyarakat bisa berinvestasi dengan bijak, aman, dan produktif untuk kesejahteraan jangka panjang,” tutupnya.
