Mengenal Kota Shenzhen Tuan Rumah APEC 2026, Bukti Keajaiban Reformasi China

Jakarta, Sabtu 01 November 2025 – Siapa sangka Shenzhen, yang kini dikenal sebagai simbol modernisasi dan inovasi China, dulunya hanyalah sebuah desa nelayan kecil yang tenang di pesisir Provinsi Guangdong yang berbatasan langsung dengan Hong Kong

Populasi awalnya pada akhir 1970-an diperkirakan hanya sekitar 30 ribu jiwa. Namun, segalanya berubah drastis pada tahun 1979 berkat kebijakan reformasi ekonomi yang diinisiasi oleh pemimpin China Deng Xiaoping

Transformasi Ekonomi: Lahirnya Zona Ekonomi Khusus

Pada tahun 1980, Pemerintah China menetapkan Shenzhen sebagai Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zone/SEZ) pertama di negara tersebut

Tujuan dari penetapan ini adalah untuk menarik investasi asing, mengadopsi teknologi baru, dan bereksperimen dengan mekanisme pasar bebas-menjadikannya sebagai “jendela” bagi reformasi ekonomi China yang lebih luas

Lokasi geografis Shenzhen yang sangat strategis, yaitu bersebelahan dengan Hong Kong (saat itu masih di bawah administrasi Inggris), berperan krusial. Kedekatan ini memfasilitasi masuknya modal asing, teknologi, dan tenaga kerja migran yang mencari peluang

Status SEZ memberikan Shenzhen otonomi yang lebih besar dalam perdagangan dan investasi, yang memicu lonjakan pembangunan yang fenomenal, sering disebut sebagai “Kecepatan Shenzhen”

Dalam waktu kurang dari empat dekade, Shenzhen bertransformasi dari desa nelayan menjadi kota metropolitan global dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia

Produk Domestik Bruto (PDB) kota ini mencatatkan peningkatan luar biasa dan kini menyaingi, bahkan melampaui, PDB nominal kota-kota besar tetangganya seperti Hong Kong dan Guangzhou

Silicon Valley-nya China

Shenzhen dijuluki “Silicon Valley-nya China” karena ia berhasil bertransisi dari pusat manufaktur padat karya menjadi pusat inovasi dan teknologi tinggi global

Kota ini kini menjadi rumah bagi kantor pusat perusahaan-perusahaan teknologi raksasa China, antara lain Huawei (telekomunikasi dan 5G), Tencent (media sosial WeChat dan gaming), DJI (produsen drone terkemuka dunia) dan BYD (produsen kendaraan listrik global)

Lingkungan yang kondusif bagi startup, investasi besar dalam Riset dan Pengembangan (R&D), serta rantai pasokan elektronik yang matang di distrik seperti Huaqiangbei, menjadikan Shenzhen sebagai tempat ideal untuk mengembangkan, memproduksi, dan mengomersialkan perangkat keras teknologi dengan sangat cepat. Inilah alasan mengapa Shenzhen menjadi sinonim dengan inovasi teknologi

Geografis dan Demografi

Secara geografis, Shenzhen terletak di tepi timur muara Sungai Mutiara di pesisir tengah provinsi selatan Guangdong. Ia berbatasan langsung dengan Hong Kong di selatan, serta Dongguan di utara dan Huizhou di timur laut. Total luas kota ini adalah sekitar 2.050 kilometer persegi

Kota ini telah mengalami ledakan penduduk yang masif. Pada tahun 2020, populasi terdaftar (permanen) Shenzhen mencapai sekitar 17,56 juta jiwa, menjadikannya salah satu kota terpadat di negara itu

Karakteristik unik Shenzhen adalah populasi yang sangat muda dan beragam, sebagian besar terdiri dari migran dari seluruh China yang datang untuk mencari peluang kerja di sektor teknologi dan industri. Shenzhen juga dikenal sebagai “Kota Imigran” karena sebagian besar penduduknya adalah pendatang

Shenzhen saat ini berfungsi sebagai kota model bagi kota-kota lain di China dan diakui secara global, bahkan diklasifikasikan sebagai kota “Alpha-” (Kota Global Tingkat Satu) oleh Jaringan Penelitian Globalisasi dan Kota-kota Dunia

Shenzhen telah ditunjuk sebagai tuan rumah KTT APEC 2026, dimana Presiden Xi Jinping hadir dalam serah terima tuan rumah hari ini di Gyeongju Korea Selatan, tempat KTT APEC 2025 diselenggarakan