
JAKARTA, 30 OKTOBER 2025 – Pemerintah menegaskan arah baru kebijakan industri nasional lewat peluncuran Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN). Strategi jangka panjang ini diharapkan menjadi fondasi kemandirian ekonomi Indonesia sekaligus mempercepat langkah menuju visi Indonesia Emas 2045.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, SBIN dirancang sebagai cetak biru industrialisasi pasca pandemi dan pasca karbon. Strategi ini memadukan kemandirian ekonomi, transformasi teknologi, dan keberlanjutan lingkungan dalam satu kerangka terpadu.
“SBIN bukan sekadar kebijakan sektoral, melainkan strategi nasional untuk memastikan industri Indonesia tumbuh dan berdaulat di tengah disrupsi global,” kata Agus dalam keterangan resminya, Senin (28/10/2025).
SBIN berfokus pada penguatan industrialisasi berbasis sumber daya alam, terutama komoditas unggulan seperti nikel, kelapa sawit, dan batu bara agar tidak lagi diekspor mentah, tetapi diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Selain itu, pemerintah akan memperkuat keterpaduan ekosistem industri dari sektor hulu hingga hilir, disertai peningkatan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung.
Dua fokus lain yang menjadi penopang SBIN adalah penguasaan teknologi dan penerapan prinsip keberlanjutan. Penguasaan teknologi dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, sementara penerapan prinsip industri hijau dan ekonomi sirkular akan memastikan pertumbuhan industri tidak mengorbankan lingkungan.
Agus menambahkan, perlindungan pasar domestik menjadi prioritas utama mengingat 80 persen hasil produksi industri nasional diserap di dalam negeri.
Kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) akan diperkuat agar belanja pemerintah berpihak pada produk lokal, sementara instrumen tarif dan non-tarif dioptimalkan untuk menjaga stabilitas pasar dalam negeri.
Selain memperkuat pasar domestik, pemerintah juga menyiapkan strategi ekspansi global melalui diversifikasi ekspor dan diplomasi industri yang lebih proaktif.
Negara-negara non-tradisional akan menjadi sasaran utama, termasuk pengembangan sektor kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) di mana Indonesia memiliki keunggulan bahan baku nikel.
Kemenperin juga akan mendorong investasi di sektor bernilai tambah tinggi seperti mineral strategis, kimia dasar, farmasi, komponen elektronik, dan pangan. Setiap investasi diharapkan menghasilkan efek berganda berupa penciptaan lapangan kerja berkualitas dan peningkatan produktivitas nasional.
“Sumber daya manusia industri harus menjadi penggerak transformasi, bukan sekadar penonton perubahan,” tegas Agus.
