
SURABAYA, 6 NOVEMBER 2025 – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Erwin Astha Triyono, menegaskan bahwa Posyandu menjadi garda terdepan deteksi dini kesehatan masyarakat sekaligus jembatan strategis antara pemerintah dan warga dalam mewujudkan Generasi Emas Jawa Timur 2045 yang sehat dan berdaya.
“Posyandu adalah jembatan antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan generasi emas yang sehat, cerdas, dan berdaya. Sinergi semua pihak mutlak diperlukan agar isu-isu kesehatan seperti TBC, stunting, dan imunisasi bisa tertangani dari akar,” ujar Erwin dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Tim Pembina Posyandu Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jatim 2025, di Surabaya, Selasa (4/11/2025).
Menurutnya, sejumlah isu prioritas yang dibahas dalam Rakorda mencakup peningkatan deteksi dini penyakit, percepatan penurunan stunting, penurunan angka kematian ibu (AKI), serta optimalisasi cakupan imunisasi.
Erwin menyebut tiga penyakit terbanyak di Jawa Timur saat ini adalah metabolic syndrome, kanker, dan infeksi. Untuk mencegahnya, pemerintah meluncurkan program cek kesehatan gratis di Puskesmas sebagai upaya deteksi dini.
“Kami titip kepada kabupaten dan kota agar mendukung penuh program ini, supaya masyarakat bisa tahu kondisi kesehatannya sejak awal,” ujarnya.
Penanganan TBC dan Stunting Secara Terintegrasi
Erwin juga menekankan pentingnya penanganan Tuberkulosis (TBC) tanpa stigma. Menurutnya, peningkatan temuan kasus justru menunjukkan deteksi dini berjalan efektif dan penularan dapat ditekan.
Selain itu, penanganan stunting juga terus diperkuat lewat peran Posyandu. Ia mencontohkan model di Kota Surabaya yang menerapkan notifikasi cepat dari pemerintah kota hingga tingkat Posyandu untuk menelusuri penyebab kasus secara akurat.
Angka kematian ibu (AKI) yang masih perlu diwaspadai menjadi perhatian Dinkes Jatim. Erwin menjelaskan, Pemprov menggunakan pendekatan “3 Delay” untuk mendeteksi risiko sejak dini — mulai dari kesadaran mengakses layanan, faktor ekonomi, hingga kecepatan penanganan medis.
Sementara itu, cakupan imunisasi di beberapa wilayah, khususnya Madura, masih menghadapi tantangan akibat hoaks dan isu halal-haram.
“Kalau imunisasi tidak maksimal, kita akan memanen problem infeksi seperti campak, difteri, atau morbili. Maka edukasi masyarakat harus terus digencarkan,” tegasnya.
46 Ribu Posyandu, 269 Ribu Kader Siap Bergerak
Saat ini terdapat 46.415 Posyandu dengan 269.478 kader aktif di Jawa Timur. Erwin menilai potensi besar itu perlu diperkuat dengan peningkatan kualitas dan kapasitas kader.
“Tantangan kita bukan lagi kuantitas, tapi kualitas. Posyandu harus benar-benar menjadi pusat pembelajaran masyarakat,” ujarnya.
Erwin pun mengajak seluruh Tim Pembina Posyandu di provinsi dan kabupaten/kota untuk memperkuat sinergi dalam membangun masyarakat yang sehat, cerdas, dan mandiri.
Foto : ISt
