
JAKARTA, 3 Oktober 2025 – PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA) mencatat pertumbuhan signifikan pada kinerja operasional semester pertama 2025, terutama dari sisi produksi bijih nikel. Hingga 30 Juni 2025, produksi nikel dari tambang SCM mencapai 6,9 juta wet metric tonnes (wmt), melonjak 78% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan ini terdiri dari kenaikan 45% pada bijih limonit dan 189% pada bijih saprolit, meski sempat terkendala curah hujan tinggi.
Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, mengatakan bahwa pencapaian tersebut merupakan buah dari investasi berkelanjutan pada kapasitas tambang dan infrastruktur dalam 12–18 bulan terakhir.
“Pemeliharaan fasilitas yang kami lakukan bukan sekadar rutinitas, melainkan strategi untuk menurunkan biaya sekaligus memperkuat daya saing jangka panjang,” ujarnya.
Meski produksi Nickel Pig Iron (NPI) turun 23% menjadi 33.045 ton akibat perawatan smelter RKEF, efisiensi operasional mulai terlihat. Pada kuartal II 2025, biaya tunai NPI berhasil ditekan hingga USD9.719 per ton, untuk pertama kalinya berada di bawah USD10.000.
Sementara itu, produksi High Grade Nickel Matte (HGNM) sengaja dikurangi guna mengelola margin, sembari memprioritaskan NPI yang lebih menguntungkan.
Dari sisi finansial, pendapatan MBMA pada semester I 2025 tercatat USD628 juta atau turun 32% secara tahunan karena pemeliharaan fasilitas. Namun, EBITDA tetap solid di USD77 juta, hanya terkoreksi 8%. Bahkan khusus kuartal II, EBITDA tumbuh 33% setelah disesuaikan dengan faktor HGNM.
Selain kinerja operasional, MBMA juga mempercepat proyek strategis yang mendukung rantai pasok baterai kendaraan listrik. Fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) milik PT ESG New Energy Material telah menjual 9.465 ton nikel dalam bentuk MHP melalui lini Train A, sementara Train B mulai beroperasi di akhir kuartal II.
Proyek HPAL milik PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) berkapasitas 90.000 ton per tahun kini mencapai progres 29% dan ditargetkan beroperasi pertengahan 2026.
Di sisi lain, proyek Acid Iron Metal (AIM) yang dijalankan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) menunjukkan hasil positif. Fasilitas produksi pirit dan asam telah beroperasi penuh, sedangkan pabrik logam klorida dan katoda tembaga ditargetkan mencapai kapasitas maksimal akhir tahun ini.
“Kombinasi antara lonjakan produksi bijih nikel dan perkembangan proyek HPAL serta AIM akan menjadi motor transformasi MBMA dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik global,” pungkas Teddy.