JAKARTA, 6 SEPTEMBER 2024 – Kekuatan usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) mampu berkontribusi terhadap perkeonomian nasional. Sejauh ini sektor ini telah menyerap tenaga kerja 97 persen tenaga kerja, sekaligus berkontribusi 60 persen terhadap PDB nasional.
Kekuatan UMKM juga terlihat saat Indonesia mampu keluar dari ancaman krisis ekonomi akibat pelemahan rupiah tahun 2018 dan pandemi covid-19 yang mengancam resesi global. Dampak positif yang ditimbulkan adalah mampu menekan tingkat pengangguran terbuka (TPT).
Pertumbuhan UMKM dari tahun ke tahun inilah yang mendorong Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia melakukan memorandum of understanding (kerja sama) di sela Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional atau Rakerkonas di Surabaya, 28-30 Agustus 2024.
Paket kerjasama yang melibatkan APINDO dan CCEP Indonesia fokus pada peningkatan daya saing UMKM, dengan melibatkan dunia pendidikan.
“Kerja sama kami dengan APINDO fokus pada pemberdayaan UMKM dan optimalisasi potensi mahasiswa melalui AUM. Kami memilih bidang ini karena UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia,” kata Direktur Public Affairs Communication & Sustainability CCEP Indonesia, Lucia Karina.
Menurutnya, program ini menjawab kebutuhan 9,32 juta mahasiswa aktif yang ingin berpartisipasi dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Sayangnya banyak mahasiswa yang sulit magang. Padahal, mahasiswa membawa perspektif segar dan keterampilan digital yang sangat dibutuhkan UMKM di era digital saat ini.
Karina, sapaannya, menyatakan CCEP Indonesia berusaha menjembatani kesenjangan antara kebutuhan industri dan kesiapan lulusan. Selain itu, program ini membantu mengatasi tantangan utama yang dihadapi UMKM, seperti pemasaran, keuangan, pemodalan, serta bahan baku dan teknologi.
“Harapan kami AUM bisa meningkatkan daya saing UMKM, baik di tingkat nasional maupun global,” Karina menambahkan.
Ketertarikan CCEP Indonesia bekerja sama dengan APINDO tak lepas dari kesamaan visi. Bahkan proses penyatuan visi itu telah dilakukan sejak tahun 2022. Lamanya penyatuan visi tak lepas dari penyesuaian kebutuhan dan karakter lokal.
“Kami melakukan berbagai studi, diskusi, dan uji coba agar program ini benar-benar menjawab kebutuhan. Sebab, kerja sama ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media,” urainya.
Meski butuh waktu dalam menyatukan visi, CCEP Indonesia tidak sulit mengaplikasikan bersama APINDO. Sebab, Coca Cola telah melakukan program ini sejak tahun 2018 dengan nama UMKM Bina Mandiri. Nama ini kemudian bertransformasi menjadi APINDO UMKM Merdeka tahun 2023 lalu.
Fokus utama kerja sama ini adalah pengembangan kapabilitas UMKM, dan competence-based link and match antara mahasiswa dan UMKM. Artinya, program ini menitikberatkan pada pendampingan, penelitian dan pengabdian masyarakat, selain pengajaran.
“Kami menyiapkan tujuh modul di program ini, yakni tata kelola usaha, tata kelola produksi, tata kelola pemasaran, tata kelola pemasaran digital, pengembangan usaha dan permodalan, character building, dan tata kelola keberlanjutan. Masing-masing dirancang untuk mengembangkan aspek kritis UMKM,” Karina menerangkan.
Ketua Umum DPN APINDO, Shinta Widjaja Kamdani mengakui hasil survei internal membuktikan problem UMKM cukup kompleks. Dasar inilah yang melatarbelakangi kerja sama dengan Coca Cola untuk mengaplikasikan dalam APINDO UMKM Merdeka.
“Hasil survei itu membuat kami ingin UMKM tumbuh berkelanjutan. Kami mendorong UMKM bisa memberikan dampak sosial, bukan sekadar profit,” ungkap Shinta.
Shinta mengakui banyak perusahaan besar yang menjadi anggota APINDO. Nah, anggota inilah yang didorong menjadi mentor bagi UMKM. Sekaligus menyiapkan program 1.000 pengusaha mengajar untuk membantu UMKM agar terus tumbuh.
Program ini merupakan komitmen pencapaian UN sustainable development goals.