
SURABAYA, 31 Oktober 2025 – Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya kembali menunjukkan keseriusannya dalam mengukuhkan peran sebagai kampus nasionalis berorientasi global. Melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Selasa (28/10/2025) di Gedung R. Ing. Soekonjono lantai tiga, Untag Surabaya mempertegas langkah strategis menuju internasionalisasi pendidikan tinggi.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kesuksesan konferensi internasional bertajuk Cultural Dialogues: English Studies in a Globalized World yang untuk keempat kalinya digelar di Indonesia dan kali ini dipercayakan kepada Untag Surabaya sebagai tuan rumah.
Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., menyampaikan bahwa forum ini menjadi momentum penting untuk memperluas jejaring akademik lintas negara.“Mari kita manfaatkan momentum ini untuk memperluas kerja sama internasional melalui kolaborasi penelitian, publikasi bersama, dan program pertukaran mahasiswa. Ini bagian dari misi internasionalisasi Untag Surabaya,” ujarnya, dalam rilis Untag Surabaya yang diterima, Rabu(29/10/2025).
FGD tersebut menghadirkan tiga akademisi dari dalam dan luar negeri, yakni Prof. Ian Buchanan dari University of Wollongong (Australia), Prof. Dr. Jessie Barot dari National University (Filipina), dan Prof. Dr. I Ketut Artawa dari Universitas Udayana (Indonesia). Turut hadir jajaran pimpinan universitas, para dekan, Badan Kerja Sama, serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM).
Dalam sesi diskusi, Prof. Jessie Barot menekankan pentingnya kolaborasi riset lintas negara.“Sebagai Kepala Divisi Penelitian di National University Filipina, saya sangat tertarik bekerja sama dengan Untag Surabaya. Ini kesempatan baik untuk bertukar gagasan dan memperkuat jejaring riset antarnegara,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Slamet Riyadi, M.Si., Ak., CA., CTA., selaku Ketua Badan Kerja Sama Untag Surabaya, mengungkapkan bahwa universitas telah lebih dulu menjalin kerja sama internasional di berbagai bidang.“Kami telah memiliki kolaborasi dengan universitas di Thailand, Jepang, dan Malaysia. Ada mahasiswa magang, dosen riset bersama, dan program akademik lintas negara. Ke depan, jejaring ini akan semakin diperluas,” jelasnya.
Dari sisi penelitian, Prof. Ian Buchanan menyoroti relevansi kerja sama internasional dengan isu global terkini.“Kami menaruh perhatian besar pada topik Sustainable Development Goals (SDGs). Kolaborasi ini akan sangat berarti bila mampu mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Adapun Prof. Dr. I Ketut Artawa menegaskan pentingnya hubungan personal antarakademisi sebagai fondasi utama kolaborasi internasional.“Kunci keberhasilan kerja sama dimulai dari hubungan personal yang baik antar dosen. Dengan saling percaya dan komunikasi yang erat, pintu kolaborasi global akan terbuka lebar,” katanya.
Melalui kegiatan FGD ini, Untag Surabaya menegaskan komitmennya untuk terus memperluas jaringan riset dan kerja sama akademik global. Kampus Merah Putih bertekad menjadi universitas berdaya saing internasional tanpa kehilangan jati diri nasionalisnya — menjembatani ilmu pengetahuan, budaya, dan kemajuan dunia.
